Potensi Kecerdasan Manusia


Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna: tercipta dengan bentuk raga yang sebaik-baiknya dan rupa yang seindah-indahnya (lihat QS. At-Tiin/95: 4). Di samping itu, manusia dianugerahi akal yang kemudian menjadikannya sebagai makhluk paling cerdas di bumi ini. Tidak ada satu pun genus atau spesies yang menyamai kecerdasan yang dimilikinya.

Namun, titel "makhluk paling cerdas" tersebut tidak serta-merta disandang langsung oleh manusia. Sebab di awal kehidupannya di bumi ini, manusia sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu pun (lihat QS. An-Nahl/16: 78), kecuali mereka yang Allah anugerahi kelebihan.

Ketidaktahuan manusia tentang sesuatu di awal kehidupannya mengindikasikan bahwa manusia pada dasarnya adalah lemah (baca: bodoh), bahkan sangat lemah. Namun, sekali lagi, bahwa di balik kelemahannya tersebut manusia dianugerahi dengan akal yang memungkinkannya tidak hanya menjadi makhluk paling cerdas, tetapi juga menjadi makhluk dengan kualitas tertinggi, yaitu muttaqin.

Kecerdasan adalah sesuatu yang harus disyukuri dan dimanfaatkan dengan baik dan benar, karena ia merupakan anugerah terindah dari Allah yang amat berharga. Dengan kecerdasan tersebut manusia mengungguli makhluk-makhluk lain, bahkan malaikat sekalipun, tetapi manakala kecerdasan tersebut tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya maka martabat kemanusiaannya akan menukik menuju kedudukan yang paling rendah, bahkan lebih rendah daripada binatang (lihat QS. Al-A'raf/7: 179).

Sementara itu, di dalam Al-Quran kata akal sering kali ditemukan bukan dalam bentuk kata benda (isim), melainkan dalam bentuk kata kerja (fi'il) seperti: kata 'aqala-ya'qilu dan derivatnya; nazhara; faqiha dan fahima; tadabbara, tafakkara, dan tadzakkara; ulu al-bab, ulu al-'ilm, ulu al-abshar, dan ulu an-nuha.

Penggunaan istilah-istilah tersebut merupakan informasi dari Al-Quran tentang fungsionalisasi dari akal berikut aktivitas atau aktualisasinya, sekaligus memberi indikasi bahwa potensi tersebut ada pada manusia. Di antara mereka ada yang mengaktualisasikannya dengan baik, dan ada juga yang tidak mengaktualisasikannya. Adapun mereka yang disebut terakhir dianggap tidak mensyukuri anugerah dari Allah. Wallahu a'lam bi ash-shawab~

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer