Manusia, Makhluk Sempurna
Dilihat dari sisi mana pun manusia tetaplah makhluk Tuhan yang paling seksi (baca: sempurna) di antara makhluk Tuhan lainnya, meskipun ada manusia yang memang tidak Tuhan ciptakan dan jadikan dengan sempurna.
Ketidaksempurnaan manusia (disabilitas) baik itu karena faktor alamiah maupun musibah, tidak lantas menjadikan manusia sebagai makhluk yang tidak sempurna. Ia tetaplah makhluk yang sempurna, yang setara derajat kemanusiaannya dengan manusia lainnya, atau mungkin lebih tinggi derajatnya (mulia).
Bukankah Tuhan telah menegaskan bahwa makhluk yang paling mulia di sisi-Nya adalah makhluk yang paling takwa kepada-Nya? (lihat QS. Al-Hujurat/49: 13). Dan bukankah untuk bertakwa, seseorang tak harus sempurna terlebih dahulu? Karena kesempurnaan yang hakiki hanya milik-Nya.
-
Merupakan sesuatu yang sulit dan berat ketika tahu bahwa kita atau saudara kita ternyata adalah penyandang disabilitas. Dunia ini rasanya menjadi tak mungkin untuk kemudian kita ajak kerja sama sebab kekurangan dan keterbatasan kita.
Namun untuk berprestasi, kita tak boleh kalah dan membatasi diri pada kekurangan. Kita harus tetap optimis dengan apa yang kita miliki sekalipun itu kurang, karena bisa jadi Tuhan telah mengganti kekurangan tersebut dengan sesuatu yang lebih. Teramat sangat lebih.
Sebagai contoh, beberapa tahun yang lalu saya pernah satu angkot dengan seorang tunanetra. Ajaibnya, ia tahu kapan dan di mana ia harus turun. Ia berkata kepada pak sopir, "Sebentar lagi ada Alfamart di depan. Saya turun di situ." Ternyata, beberapa meter ke depan menang ada Alfamart.
Pada contoh lain, saya sempat satu almamater dengan seorang yang Tuhan takdirkan autis. Subhanallah-nya, ia hafal 30 juz Al-Quran dengan baik. Tidak hanya itu, ia juga tahu nama surat berikut nomor ayatnya.
Lihatlah! Betapa Maha Asyiknya Tuhan. Ia mungkin telah mencabut salah satu nikmat hamba-Nya, tetapi Ia tak lupa untuk menggantinya dengan nikmat lain yang lebih indah.
.
Sekali lagi, dilihat dari sisi mana pun manusia tetaplah makhluk Tuhan yang paling sempurna.
Bukankah Tuhan telah menegaskan bahwa makhluk yang paling mulia di sisi-Nya adalah makhluk yang paling takwa kepada-Nya? (lihat QS. Al-Hujurat/49: 13). Dan bukankah untuk bertakwa, seseorang tak harus sempurna terlebih dahulu? Karena kesempurnaan yang hakiki hanya milik-Nya.
-
Merupakan sesuatu yang sulit dan berat ketika tahu bahwa kita atau saudara kita ternyata adalah penyandang disabilitas. Dunia ini rasanya menjadi tak mungkin untuk kemudian kita ajak kerja sama sebab kekurangan dan keterbatasan kita.
Namun untuk berprestasi, kita tak boleh kalah dan membatasi diri pada kekurangan. Kita harus tetap optimis dengan apa yang kita miliki sekalipun itu kurang, karena bisa jadi Tuhan telah mengganti kekurangan tersebut dengan sesuatu yang lebih. Teramat sangat lebih.
Sebagai contoh, beberapa tahun yang lalu saya pernah satu angkot dengan seorang tunanetra. Ajaibnya, ia tahu kapan dan di mana ia harus turun. Ia berkata kepada pak sopir, "Sebentar lagi ada Alfamart di depan. Saya turun di situ." Ternyata, beberapa meter ke depan menang ada Alfamart.
Pada contoh lain, saya sempat satu almamater dengan seorang yang Tuhan takdirkan autis. Subhanallah-nya, ia hafal 30 juz Al-Quran dengan baik. Tidak hanya itu, ia juga tahu nama surat berikut nomor ayatnya.
Lihatlah! Betapa Maha Asyiknya Tuhan. Ia mungkin telah mencabut salah satu nikmat hamba-Nya, tetapi Ia tak lupa untuk menggantinya dengan nikmat lain yang lebih indah.
.
Sekali lagi, dilihat dari sisi mana pun manusia tetaplah makhluk Tuhan yang paling sempurna.
Komentar
Posting Komentar